Nafsu Muthmainnah. (Mbah Sya'roni)


Oleh: K.H. Sya'roni Ahmadi (Mbah Sya'roni)
Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi menerangkan, dalam diri manusia terdapat nafsu dan akal. Keduanya mempunyai peran berbeda. Nafsu mengajak kejelakan sedangkan akal lebih kepada kebaikan.
“Tetapi bila nafsu sudah diajar akal akan berubah sebagai nafsu muthmainnah yang tenang dalam beribadah. Karenanya mari kita berusaha mengendalikan nafsu menjadi
muthmainnah,” katanya dalam pengajian rutin tafsir Al-Qur’an di Masjid Al Aqsha Menara Kudus, Jum’at pagi (6/5).
Ulama kharismatik yang biasa disapa Mbah Sya’roni ini menjelaskan nafsu dalam diri seseorang terdapat tiga kategori yakni nafsu
amarah, nafsu lawwamah dan nafsu
muthmainnah. Nafsu amarah adalah nafsu yang belum terpimpin selalu perintah kejelekan.
“Sedangkan nafsu lawwamah ini merupakan nafsu yang sudah terpimpin dan bisa berubah ada kemajuan mana kala berbuat kejelekan bisa menyesalinya,” terang Mbah Sya’roni.
Mengenai nafsu muthamainnah, jelasnya, adalah nafsu yang dikendalikan akal. Nafsu yang terdapat dalam pribadi manusia ini selalu ayem, tentrem saat digunakan ibadah.
“Bila tertinggal shalat berjamaah, atau lupa tahajud di tengah hari biasanya selalu getun (menyesal), begitu pula saat bisa beribadah rasanya ayem. Kalau sudah bisa begitu, berarti nafsu kita sudah menjadi muthmainnah,” tegas Mbah Sya’roni memberi contoh.
Dalam pengajian yang melanjutkan penjelasan surat Al Mulk itu, Mbah Sya’roni mengajak jamaah menghindari dosa musyrik atau kufur dan meninggalkan dosa besar. Ditandaskan, dosa kufur tersebut bisa menjadikan celaka di neraka karena Allah tidak memberi ampunan kepada orang kufur.
Terkait dosa besar, terang Mbah Sya’roni, adalah dosa yang ada ancamannya. Sementara dosa kecil tidak terdapat ancamannya. “Bagi umat Islam memiliki keistimewaan, selama bisa meninggalkan dosa besar, dosa kecil akan diampuni,” imbuhnya seraya mengutip sebuah ayat Al-Qur’an.

0 Response to "Nafsu Muthmainnah. (Mbah Sya'roni)"

Post a Comment

Jangan lupa berkunjung kembali yaa :)